yuk perbanyak ibadah dibulan penuh berkah *^_^*

Rabu, 07 Agustus 2013

“CAHAYA IMAN DI BERLIN”




Langit kelabu dan dedaunan yang memerah atau menguning, angin bertiup menyapa dedaunan yang berjatuhan satu demi satu ke jalan-jalan kota Itulah suasana khas musim gugur kota Berlin, kota terbesar ke dua di Uni Eropa dan kota terbesar Jerman. Aksi mobil petugas kebersihan penyapu daun, hilir mudik membersihkan daun-daun yang menutupi jalan-jalan di kota. Membersihkan daun-daun yang gugur menjadi suatu perjuangan para petugan dinas kebersihan. Daun pohon semacam Oak atau Maple akan terus berguguran sampai pohon tidak akan menyisakan daun lagi di musim dingin nanti. Sampai saat itulah petugas dinas kebersihan setempat akan dengan senang hati  membersihkan ribuan daun yang berguguran.
Pertengahan Oktober 2005 di Berlin, udara musim gugur sangat sejuk bahkan bisa dikatakan dingin karena musim gugur merupakan peralihan ke musim dingin pada November akhir, karena temperature pada musim gugur di sana bisa sampai empat derajat Celcius. Langit, bumi, ikan di lautan, manusia yang berjalan, burung yang terbang dengan sayapnya, daun yang berguguran, salju yang terhampar  merupakan ciptaan sang Illahi, mahakarya pencipta langit dan bumi yang tak akan ada yang bisa menandingi sampai kapanpun.
Herbest[1] kali ini bertepatan dengan bulan penuh berkah, bulan dimana pintu neraka ditutup dan pintu syurga di buka seluas luasnya. Ramadhan, itulah bulan yang ditunggu oleh muslim seluruh dunia, bulan dimana pahala dilipat gandakan, bulan dimana terdapat banyak kemuliaan didalamnya.





Kring… kring….
Bunyi jam weker yang memekakan telinga, tidak selamanya serta merta dapat langsung membangunkan si empunya. Aryo Winanto, merupakan mahasiswa di salah satu universitas paling tua dan ternama di Berlin. Hari – harinya selalu ia habiskan untuk bersenang senang, sangat bertolak belakang dengan tugas sebenarnya yaitu belajar karena ia merupakan mahasiswa, biaya sekolah yang ia dapat dari beasiswa anak berprestasi sewaktu disekolahnya tak ia manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kewajibannya untuk beribadahpun sudah ia tinggalkan semenjak lima bulan dari pertama kali ia menginjakkan kaki di Berlin, ia terjerumus kedalam pergaulan yang tidak baik.
“Sudah jam enam pagi, ah bosannya. Harusnya aku bisa tidur lebih lama lagi” ucap Aryo sambil menengok jam weker di meja.
Serta merta ia langsung bangun dari tempat tidurnya, memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tas lusuhnya berwarna biru, yang banyak pin ia sematkan di tas lusuhnya itu. Sarapan seadanya, tak lupa ia mengenakan jaket, juga topi, karena suhu diluar rumah sudah mulai dingin. Lalu ia keluar dari rumah yang tidak terlalu besar, yang ia sewa dari hasil kerja partimenya di restoran italia. Ia mengambil sepeda favoritnya yang berwarna hitam itu.


Selesai kuliah ia sempatkan dahulu pergi keperpustakaan kampus yang sangat megah dan indah, dimana rak - rak buku raksasa berbahan dasar kayu yang sangat kuat bejajar dengan tersusun rapih. Ia mengambil tiga buku tentang Manajemen Pemasaran.
  “Andaikan perpustakaan ini sepi, pasti aku akan betah duduk-duduk disini atau bahkan tidur disini ha ha ha” bisik Aryo dalam hati, sambil berlalu meninggalkan perpustakaan nan megah itu. Ia berjalan, mencari tempat duduk kosong di taman kampus, yaitu tempat dimana melihat daun-daun yang berguguran dari pohon pohon di sekitar taman kampus sangatlah indah menurutnya. Sambil menikmati angin semilir yang menerbangkan daun-daun, ia mulai membuka satu persatu halaman buku yang ia pinjam di perpustakaan kampus.
“Assalamu’alaikum”
Aryo tak mendengar salam itu, bahkan ia tak mempedulikannya walaupun ia mendengarnya.
“Assalamu’alaikum. Aryo Winanto”
“ Eh kamu Adi, tumben ni kita bertemu haha” jawab Aryo sambil tersenyum terpaksa, karena ia merasa Adi Rossikuna temannya sewaktu Sekolah Menengah Atas di Indonesia itu membuat kefokusannya dalam membaca buku menjadi hilang.
“ko ga dijawab salamku Yo, kau tidak lupa kan, akan ajaran agama kita”
”wa’alaikum salam. Tidak ko di, aku tidak lupa” jawab Aryo dengan gugup, dan bertanya kedalam hati, sudah berapa lama aku tidak mengucapkan kata- kata itu.
“ Gimana Yo puasa pertama hari ini, lancar kan?”
“Apah, hah ?
“Puasa Yo, kamu puasa kan hari ini, hari ini kan hari pertama, atau jangan jangan kamu lupa ya” ucap Adi sambil tesenyum kepada sahabat lamanya itu.
“Oh puasa, yaiyalah aku puasa he.. he” jawab Aryo sambil tersentak sekali lagi oleh pertanyaan Adi.
“Alhamdulillah, ternyata sahabatku ini masih sahabatku yang dulu yang rajin beribadah. ya Yo, aku duluan ya, aku mau ke masjid Sehitlik ada kajian dan buka puasa bersama. Oiya Yo kamu mau ikut ?”
“Aku masih ada tugas bikin makalah Di, nanti-nanti deh aku kesana ”
Adi tersenyum sambil berlalu pergi berjalan meninggalkan Aryo yang tengah tersentak oleh pertanyaan-pertanyaan Adi.
“Ah biarlah si Adi dengan kehidupannya, tak perlu kupikirkan omongannya itu”



Aryo tiba di klub malam bersama teman-temannya. Seperti biasanya tiga kali seminggu ia pergi ke klub malam bersama teman-temannya, menurutnya itu sangat menyenangkan, mumpung masih muda, itulah prinsipnya sekarang. Udara dingin diluar membuatnya semakin bersemangat untuk minum bir, karena dapat menghangatkan tubuhnya. Lampu gemerlapan, music bergema di seluruh ruangan klub malam itu, para muda mudi asyik berjoget mengikuti alunan irama sang disk jokey itu.
Guten abend[2], Aryo” ucap Jansen, sambil bersalaman dengan Aryo
“Guten abend, Jansen. Apa kabar kau, sudah lama tidak minum minum bersama kami disini”
“Ah, aku sedang mengurus rumahku yang baru,Yo”
Mereka langsung bersama sama terjun ke lantai dansa ditemani wanita-wanita penghibur, melewati malam, melupakan dunia dan sang pencipta.



pagi hari dipenghujung bulan Oktober, Rintik hujan membasahi kota Berlin, warga yang berlalu lalang, tetap beraktivitas tanpa terhalang, meskipun suhu otomatis bertambah dingin. Aryo berjalan jalan pagi di sekitar Prenzlauer Berg. Ketika air hujan jatuh perlahan, Aryo meneduh dsan memilih kafe di sekitar area jalan Prenzlauer Berg. Ia memesan secangkir susu dan roti khas jerman. Ia memandang jauh keluar ruangan kafe, yaitu badan jalan Prenzlauer Berg, disana ada pohon penyimpan buku yang merupakan Progam yang disebut sebagia Forest Books oleh BauFachFrau adalah bagian dari Klub Book Crossing yang menyediakan buku gratis untuk publik di seluruh dunia. Warga sekitar sana diperbolehkan untuk meninggalkan buku yang mereka sukai, atau mengambil satu dari koleksi buku yang tersimpan di batang pohon. Ketika rintik hujan mulai tidak jath lagi di kota Berlin, Aryo menuju ke pohon buku itu, ketika ia sedang mencari cari buku yang menarik, tiba-tiba ada buku tentang islam disana. Walaupun aryo enggan mengambilnya, tapi hati kecilnya mendorong untuk membaca buku itu. Ada banyak bab dibuku itu yang membahas tentang islam. Lalu ketika ia membolak balik halaman, ia dihadapka pada bab berpuasa di buku itu. ia membaca firman Allah yaitu surah Al Baqarah ayat 183:
“Hai orang orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Serta merta Aryo ingat pertemuannya dengan Adi kemarin, ia ingat bahwa saat ini Ramadhan tengah datang. Ia ingat akan bulan puasa sewaktu di Indonesia dahulu. Ia dan keluarganya selalu berbuka puasa bersama , walaupun dengan kesederhanaan, tiba-tiba ia mengingat wajah ibunya yang sangat tenang dan penuh kasih, ia ingat pesan ibunya”Yo dimanapun kamu, sebagai apapun kamu, jangan pernah meninggalkan shalat, jika bulan ramadhan tiba kamu harus puasa ya le, jangan lupa sedekah le berapapun itu,akan sangat berarti dihadapan Allah jika niatmu tulus le”
Tak terasa air mata Aryo jatuh membasahi pipinya, entah mengapa ia baru ingat akan semua itu, ia baru ingat siapa dirinya, dan sedang apa ia di Berlin sekarang. Sepanjang jalan aryo terus mengingat ingat memori yang telah lama ia lupakan.



Malam hari, Aryo berjalan jalan ingin melihat festival yang diadakan setiap bulan oktober di Berlin, yaitu festival bir. Aryo diajak oleh teman-temannya untuk dating ke festival itu, riuh suara warga yang bergembira yang ikut serta dalam festival itu. sambil membawa tas laptop dan mendengarkan music menggunakan headset, ia terus berjalan melewati kereumunanpara warga yang sedang bergembira. Ia berjalana menepi ketempat yang cukup sepi untuk menunggu teman-temannya dahulu.
Ketika ia menunggu sendirian..
Buuuukk…..
Aryo jatuh tak sadarkan diri, di bawak pohon oak disudut jalan yang sepi. Ia ditusuk oleh perampok, laptop, handphone sirna. Selama tiga puluh menit ia terkulai lemas, tak ada yang sadar akan keadaannya. Aryo merasa ini ahir hidupnya. Kenangan sewaktu bersama keluarga di Indonesia, besama Adha kawan lamanya it terus berputar dalam fikirannya, air matanya jatuh, seiring dengan kondisinya yang semakin melemah.”Ya Allah maafkan aku” lirih hampir tak terdengar ia  mengucapkan kata-kata itu, lalu ia pingsan tak sadarka diri



Dua hari ia pingsan, karena keterlambatan penanganan dan kondisinya yang sangat lemah.
“Aku dimana ini?”ucap Aryo pelan.
“Aryo.. subhanallah kamu sudah siuman, Alhamdulillah ”
“Adi, sedang apa kau disini, mengapa aku dirumah sakit”
“ Dua hari yang lalu, kau di temukan di jalan dekat festival, keadaanmu lemah karena engkau ditusuk oleh pencuri” sambil memegang tangan Aryo, adi bercerita dengan sangat pelan.
“Terimakasih Adi, kau telah menolongku. Maafkan atas sikapku selama ini. Adi, apakah teman-temanku dikampus ada yang menjengukku?”
“Belum ada Yo, mungkin mereka masih sibuk , tapi keadaanmu sudah kuberitahukan kepada mereka. Sudah Yo, kamu istirahat dahulu ya, kondisimu masih lemah” Adi memberi pengertian kepada sahabatnya itu.
Aryo mengiyakan, ia berpura-pura tidur, ketika sahabatnya itu keluar dari kamarnya, ia meneteskan air mata, sehingga bantalnya terdapat resapan dari airmatanya.



Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang sangat indah dan membuatnya damai, samar-samar terdengar ditelinganya, pelan-pelan ia mencoba membuka matanya. Ia dapati Adi, sahabatnya itu tengah membaca Al-Qur’an sambil menetes air matanya, ia terharu dan ikut terhenyenyuk melihat shabatnya.
“selama ini aku buta, padahal kau adalah sahabat terbaikku Adi”
Akhirnya isakan tangis Aryo terdengar oleh Adi, lalu Adi menoleh.
“Aryo kau sudah bangun ya, sepertinya kau tampak lebih sehat hari ini, ayo sarapan, suster tadi sudah membawakan jatah sarapanmu”
“Adi, darimana kau dapatkan uang untuk membayar rumah sakit ini?”
“tak usah kau fikirkan Yo, aku ada uang dari hasil tabunganku selama menjadi asisten dosen Yo”
 “Adi, maafkan aku dan terimakasih atas semuanya, kamu masih maumenganggapku saudara, padahal kau tahu, bagaimana kehidupanku disini”
“Yo, kamu jangan seperti itu. aku ini sahabatmu, kan semua muslim itu bersaudara, ingatkah kau akan kata-kata ukhuwah yang dulu sering kita ucapkan, kau tentu masih ingat ukhuwah itu memberi bukan terus meminta, ukhuwah itu saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran”
Mendengar hal itu Aryo langsung memeluk sahabatnya itu, derai airmata terus mengaliri pipi Aryo


            Sore hari di Berlin Aryo sangat gembira, hari itu ia keluar dari rumah sakit, walaupun masih aga nyeri di daerha bekas tusukan itu disematkan sang pencuri. Ketika sampai dirumah, ia langsung merebahkan badannya di kasur kesayangannya, tapi ia ingin menata dulu kamarnya yang begitu berantakan, yang hanya sekali-sekali saja ia rapihkan.
Ketika ia membongkar laci mejanya, untuk merapihkan buku-buku yang berserakan, ia menemukan buku kecil pemberian ibunya, sebelum ia berangkan ke Jerman untu melanjutkan studi S1 nya. Ia menemukan secarik kertas surat dari ibunya, yang pernah ia baca dulu waktu pertama ia sampai di Jerman.

Untuk anakku tersayang, Aryo

Assalamu’alaikum nak, semoga kau sehat wal afiat disana
Ibu sngat bangga mempunyai anak sepertimu
Yang shaleh, pandai, dan selalu sayang kepada keluarga
Nak, ibu tentu tak dsapat selalu menjagamu
Namu satu hal yang harus kau ingat
Ada ALLAH yang selalu menjagamu
Datanglah padanya nak
Dikala senang dan susah
Allah adalah Maha Rahman dan Maha Rahim
Jika kau melakukan kesalahan, segeralah kau memohon ampun
Nak dimanapun engkau, jangan lupakan shalat nak
Selalu rutinkan shalat tahajud, puasa senin kamis, dan puasa ramadhan.
Jangan lupa nak, bersedekahlah
Semoga ALLAH selalu melindungi anak ibu yang hebat ini
Semoga ALLAH selalu menjagamu
dalam kehangatan cintaNya dan Terang cahayaNya
                                                           
salam sayang dan rindu untuk anakku tercinta

            Ibu yang selalalu mendoakanmu


Aryo menangis sejadi-jadinya. Ia langsung memohon ampun kepada Allah, atas semua kesalahannya yang pernah ia perbuat, ia menyesal akan perbuatannya. Ketika itu ada yang mengetuk pintu rumah Aryo.
Tok.. tok.. tok..
“Assalamu’alaikum, Aryo”
Mendengar pintu rumahnya di ketuk, lalu aryo berdiri, sambilmenyeka sisa-sisa air matanya.
“Wa’alaikum Salam, Adi” sambil membuka pintu.
“Gimana keadaanmu Yo, ni aku membawa bubur kesukaanmu”
“Alhamdulillah baik di, terimakasih ini kau masih ingat saja makanan kesukaanku, tapi besok kau tak usah membawakannya lagi ya”
“mengapa? Kau tidak suka Yo”
“Adi, besok aku mau puasa. Meskipun tinggal sepuluh hari lagi, tapi mudah-mudahan belum terlambat taubatku ini”
“Subhanallah Walhamdulillah, Aryo. Tak ada kata terlmabat Yo, sebelum malaikat Izrail datang menjemptmu” Adi lalu memeluk sahabatnya dengan haru.


Hujan mengguyur kota Berlin di siang hari, langit menjadi kelabu, tapi sebaliknya hati Aryo sedang hangat oleh cahaya iman sang Illahi, sepanjang jalan Aryo selalu bershalawat, berajalan menuju stasiun Berlin Hauptbahnhof, yaitu yang berarti stasiun utama di berlin yang sudah dibangun sejak tahun 1868. Lokasinya berada ditengah kota berlin. Stasiun ini hanya dipisahkan sungai sepree dari gedung DPR dan kanselir Jerman.  Ia dan Adi hari ini berjanji untuk pergi ke Masjid Sehitlik, tapi mereka berdoua ingin mengunjungi salah satu saudara Adi, dan transportasi untuk menuju kesana menggunakan kereta.
Didalam kereta, mereka bersenda gurau, mengingat kenangan masa lalu mereka. Tak lupa pula Adi bercerita tentang perang badar yang terjadi pada saat ramadhan, untuk menyemangati sahabatnya, agar tetap istiqomah seperti pasukan perang badar yang tetap berpuasa selama berperang. Tak lupa pula Adi mengingatkan Aryo agar shalat tepat waktu dan selalu membaca Al-Qur’an.



Malam takbiran di Negara muslim terbesar di Eropa barat, yaitu jerman tentu berbeda ketika di Indonesia. Tidak ada kembang api arak-arakan pawai obor keliling juga ketupat sayur buatan ibu. Aryo diajak sahabatnya yaitu Adi untuk bermalam takbiran di Islamic Center, Jerman. Ia sangat antusias dengan ajakan Adi. Ia menyiapkan uang tabungannnya untuk ikut diberikan kepada anak-anak para TKI disana. Aryo menjadi pribadi yang berbeda sejak kejadian malam penusukan itu, ia menjadi pribadi yang seperti dulu, yang shaleh dan bersahaja. Ia selalu berdoa agar keluarga, juga semua sahabatnya mendapat curahan cahaya iman dari sang Maha Rahman.


~selesai~










[1] Musim gugur dalam bahasa Jerman
[2] Selamat malam dalam bahasa jerman